er

Monday 25 November 2013

Menimbang Dahlan Iskan Jadi Presiden

Visi seorang pemimpin adalah kemampuannya ‘melihat’ sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata ‘telanjang’, karena yang dilihat bukan obyek yang berada di depan mata. Seorang visioner akan mampu melihat masa depan atau membayangkan kondisi di masa depan. Pemimpin yang seperti ini yang kita butuhkan dalam era informasi yang sangat cepat dan tantangan dunia yang semakin kompleks seperti sekarang. Pemimpin tanpa visi akan gagal. Pemimpin tanpa visi tidak bisa menginspirasi tim-nya, tidak bisa memotivasi kinerja, atau menciptakan nilai yang berkelanjutan. Tugas seorang pemimpin adalah mengarahkan organisasinya melalui visi yang jelas dan dapat dijangkau. Pada saat memimpin Jawa Pos Dahlan Iskan menciptakan visi yang jelas. Koran yang nyaris bangkrut ini akan menjadi koran daerah yang mengalahkan koran ibukota. Diterjemahkan dengan tagline “Harian Nasional yang Terbit di Surabaya”. Visi ini dengan luar biasa memotivasi karyawan untuk mengalahkan orang Jakarta. Visi itu diwujudkan dengan berbagai strategi yang ‘out of the box’. Jawa Pos menjadi koran full color pertama di Indonesia, koran dengan cetak jarak jauh pertama di Indonesia, koran dengan tampilan ramping junior broadsheet (7 kolom) pertama di Indonesia. Dilanjutkan dengan membentuk koran-koran lokal sebagai sisipan Jawa Pos. Ide-ide itu melampaui jamannya. Para pakar marketing menjuluki strategi Dahlan ini sebagai “desa mengepung kota”. Terbukti strategi Dahlan 20 tahun lalu itu, sekarang diikuti hampir semua kompetitornya. Begitu mengendalikan PLN yang penuh masalah di awal tahun 2010, Dahlan langsung menyelipkan visi baru. Visi lama PLN yang terlalu ‘melangit’ saat itu diturunkan ke bumi oleh Dahlan. Visi PLN: Menjadi perusahaan kelas dunia ‘diturunkan’ Dahlan menjadi: Listrik Jangan Byar Pet. Kalo Pet, Cepet! Visi ‘darurat’ yang lebih attainable (terjangkau) itu menumbuhkan optimisme di internal PLN sekaligus menjawab tuntutan masyarakat saat ini. Target-target jangka pendek disusun. Target jangka panjang dipercepat realisasinya. Salah satu perwujudan visi Dahlan yang fenomenal di PLN adalah peluncuran listrik pra bayar. Menghadapi 20 keluhan pelanggan paling sering seperti: Pembacaan meter yang kurang akurat, kedatangan petugas PLN yang kurang ramah, pemutusan listrik yang terlalu keras karena telat bayar dan seterusnya. 14 dari 20 macam keluhah itu bisa diatasi dengan 1 terobosan: Listrik Pra Bayar. Solusi ini tepat sasaran sehingga dalam waktu 3 tahun PLN sudah mendapatkan 10 juta pelanggan listrik pra bayar. Indonesia menjadi negara dengan pelanggan listrik pra bayar terbesar di dunia. Dahlan sadar benar dengan kecenderungan fenomena ‘consumer take control’ yang akan terus membesar. Listrik pra bayar akan jadi model bisnis PLN di masa yang akan datang. Begitu ditunjuk menjadi Menteri Negara BUMN, Dahlan merumuskan 3 visi BUMN yang akan menjadi pedoman kerja seluruh jajaran BUMN. Pertama, BUMN harus bisa dipakai sebagai alat ketahanan nasional. Industri strategis dan pangan masuk kelompok ini. Kedua, BUMN harus bisa berfungsi sebagai engine of growth. Mesin pertumbuhan ekonomi. Proyek-proyek penting yang akan bisa menggerakkan ekonomi secara nyata harus dimasuki BUMN. Misalnya: pelabuhan, bandara, jalan tol, dan industri hulu solar cell dan energi terbarukan lainnya. Ketiga, BUMN harus bisa dipergunakan untuk menumbuhkan kebanggaan nasional. Sejumlah BUMN tidak boleh hanya bisa menjadi jago kandang. Harus menjadi kebanggaan bangsa di dunia internasional. Mampu bersaing di pasar bebas. 28 April 2013 adalah perjumpaan pertama penulis dengan Dahlan Iskan dalam launching buku “ Electric Car Made In Indonesia” di sebuah toko buku di Matraman, Jakarta. Mendengar paparan dan tanya jawabnya, penulis baru meyadari betapa visioner pemimpin yang satu ini. Di acara itu Dahlan dengan panjang lebar menjelaskan visinya akan mobil listrik sebagai kendaran masa depan. Pandangannya bahwa 30 tahun ke depan, negara kita tidak boleh lagi terjatuh ke lubang yang sama: Menjadi pasar besar industri mobil, tapi kita cuma jadi penonton. Cuma kebagian macet dan polusi sementara duitnya mengalir ke pabrikan mobil luar negeri. Kita harus mulai berjibaku mengembangkan mobil listrik sekarang. Beda dengan mobil berbahan bakar minyak dimana kita sudah tertinggal puluhan tahun, di mobil listrik kita ada peluang untuk bersaing. Karena semua negara juga baru memulainya. Kita belum jauh tertinggal. Pandangan visoner memang hanya dimiliki oleh orang yang optimis. Pemimpin visioner tidak hanya mampu melihat peluang jauh ke depan, tapi juga mampu mengantisipasi tantangan atau ancaman yang mungkin dihadapi organisasinya di masa yang akan datang. Di Jawa Pos Dahlan bisa memprediksi mahalnya harga kertas di masa yang akan datang, itulah kenapa dia memilih ukuran junior broadsheet untuk korannya. Dahlan juga sudah mengantisapasi perkembangan transfer data dan internet dengan menjadi pioner cetak jarak jauh. Di PLN Dahlan melihat ancaman tuntutan masyarakat yang semakin makmur membutuhkan pelayanan yang fair dan cepat. Itulah kenapa dia melahirkan lsitrik pra bayar. Di BUMN Dahlan melihat potensi ancaman terhadap ketahanan negara, krisis pangan dunia, cadangan minyak yang terus menipis, globalisasi dan pasar bebas yang harus diantisipasi dari sekarang. Kalau kita ihat secara khusus, proyek mobil listrik adalah visi seorang negarawan dan menteri BUMN yang berpikir jauh kedepan. Mobil listrik adalah cara Dahlan menyelesaikan masalah PLN yang listrik tengah malamnya terbuang percuma. Masalah pertamina yang cadangan minyaknya makin menipis. Masalah tenaga-tenaga ahli putra bangsa yang tidak termanfaatkan kemampuannya. Masalah bangsa yang selalu diremehkan dalam industri mobil. Masalah negara yang selalu terbebani dengan subsidi BBM. Bagi Dahlan, ikhtiar mobil listrik ini adalah proyek yang mencakup 3 visi BUMN sekaligus. (tulisan lengkap tentang mobil listrik bisa dibaca disini). Pandangan jauh ke depan atas peluang dan ancaman ternyata belum cukup. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu mengubah visinya menjadi kenyataan. Melalui kasus mobil listrik kita bisa melihat energi dan kerja keras Dahlan untuk mewujudkan visinya. Dihujani kritik dan sinisme masyarakat, Dahlan jalan terus. Mengumpulkan ahli-ahli mobil listrik, membiayai risetnya, menyiapkan infrastrukturnya. Mendorong universitas, LIPI dan swasta untuk ikut terlibat. Dahlan termasuk pemimpin yang berani berdarah-darah dan mengambil resiko. Berani menanggung malu akibat mobil ahmadi yang mogok, juga tucuxi yang menabrak tebing. Kegagalan itu tidak membuatnya mundur. Mobil listrik generasi kedua sedang di bangun. Pabrik baterai lithium mobil sudah berproduksi Juli 2013 di Bogor. PLN dan petamina terus berinovasi menciptakan stasiun pengisian mobil listrik. Sebentar lagi kita akan melihat mobil-mobil listrik berbagai jenis melayani tamu-tamu negara pada KTT APEC oktober nanti. Dahlan pantang menyerah. “Pemimpin yang baik itu bukan cuma bisa melayani atau menuruti rakyatnya, tapi juga harus berani mengarahkan dan membimbing rakyatnya menghadapi tantangan masa depan” kata Dahlan pada sebuah interview di televisi. Di mata saya Dahlan itu pemimpin visioner yang sudah membuktikan bahwa dia berkali-kali mampu mewujudkan visinya.

No comments :

Post a Comment